Batavia di Mata Bangsa Vietnam
Sejarah mencatat kedatangan ekspedisi kapal-kapal bangsa Vietnam ke Nusantara pada abad 18 antara tahun 1778-1848 . salah satunya , ekspedisi yang di pimpin oleh Phan Huy Chu (1832) ke Batavia seperti diungkap kan dalam A Glimpse of the Netherlands East Indies through the Memoirs of Phan Huy Chu (1832-1833) yang dikutip Lion and Dragon : Four Centuries of Dutch-Vietnamese Relations (Kleinen,J.et al eds). Amsterdam : Boom , 2008 .
Ketika Phan Huy Chu mendatangi Batavia , kota itu sudah kembali dikuasai oleh Belanda , namun persaingan di antara Belanda dan Inggris masih bergolak di seluruh Asia Selatan dan Tenggara . Kapal-kapal dagang dari penjuru dunia merapat di pelabuhan Batavisa itu .
Setahun sebelum Phan Huy Chu datang , kapal dagang datang dari Siam , Perancis dan Amerika , selain tentu saja , kapal-kapal dari negara Eropa yang lain . banyak pedagangasing berbondong ke Batavia karena banyaknya persediaan barang dagang . pemasukan tahunan dari pajak mencapai 20juta dun .
Phan Huy Chu merasa kagum pada orang Belanda yang di anggap sangat terampil . Mereka membawa kristal dan pecah-belah dari gelas dari Barat ke Batavia .
Rupanya mutiara atau batu giok tidak diperjual belikan di Belanda di Batavia . menurut orang Vietnam itu , mata uang yang di gunakan di Singapuran , yaitu phien ngan (dolar perak) dan dong loi (duit) . uang kertas pun ada , di keluarkan kira-kira sepuluh tahun sebelumnya , namun kemudian ditarik lagi untuk beberapa waktu . Tepat setahun sebelum Phan Huy Chu tiba , uang kertas di keluarkan lagi sebagai alat tukar .
Phan Huy Chu juga terkagum-kagum pada kemewahan di Batavia , yang menurutnya melebihi kemakmuran Singapura , Mulai dari Pelabuhan sampai ke daerah pemukiman di pinggiran kota , rumah-rumah beratap genteng berderet-deret sepanjang jalan.
Rumah-rumah di batavia bertingkat dan berhadap-hadapan . Dimana-mana tampak bertumpuk barang-barang dagangan .
Kanal-kanal yang menghubungi kota dengan pelabuhan menjajari jalanan dan ramai dilayar kapal .
Di darat , tak putus iringan kereta-kereta kuda yang membawa lelaki-lelaki berpakain putih , duduk di atas bantalan kursi dengan sulaman bordir yang halus .
Wilayah-wilayah kota di Batavia ditata dan di atur dengan baik Jalanannya luas dan rata . Jembatan-jembatannya berpagar kayu yang rendah di kiri-kananya . pagi-pagi buta , orang berkeliling menyirami jalanan itu dengan air supaya tidak berdebu dan lalu lintas lancar .
(Frieda Amran , lulusan Antropologi UI , tinggal di Belanda)
Dapat dilihat juga di www.wisatakotatoea.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar